• Home
  • Nasional
  • Soal Rupiah Melemah, Tim Jokowi Minta jangan Hanya Mengkritik
Rabu, 05 September 2018 14:08:00

Soal Rupiah Melemah, Tim Jokowi Minta jangan Hanya Mengkritik

Merdeka.com
Johnny G Plate di DPP NasDem.

JAKARTA, Globalriau.com - Nilai tukar rupiah masih terus mengalami depresiasi terhadap dolar AS dalam beberapa waktu terakhir. Pada Selasa kemarin, rupiah hampir menembus 15.000 per dolar AS.

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Johnny G. Plate mengatakan, semua pihak sama-sama menjaga pelemahan nilai tukar rupiah ini sebagai tantangan ekonomi. Dan oposisi juga harus ikut memberikan kepastian.



"Kalau oposisi hanya bisa kritik-kritik, membuat ketidakpastian ke masyarakat, ini menurunkan kepercayaan kepada perekonomian kita, menurunkan kepercayaan nilai tukar rupiah. Justru oposisi ini bisa membuat nilai rupiah makin gonjang-ganjing. Ini tantangan bersama," kata Johnny di DPP NasDem, Jakarta, Rabu (5/9).

Dia meminta nilai tukar ini bukan urusan politik. Karenanya harus dipisahkan terlebih dahulu.

"Ini bukan soal politik, ini ekonomi bersama, kita pisahkan dulu dengan politik. Harus solid, berikan optimis, karena memang faktanya makro ekonomi, fundamental makro ekonomi kita kuat," tutur Johnny.

Sekjen Partai NasDem ini menjelaskan, bukan hanya dihadapi Indonesia. Tapi masalah semua bangsa mengalami melemahnya mata uang.

"Kalau terkait perekonomian, khususnya terkait nilai tukar rupiah, itu masalah banyak bangsa, masalah banyak negara di dunia. Ini karena faktor dominannya adalah faktor eksternal," ucap Johnny.

Dia menuturkan, sejumlah langkah cepat yang diambil pemerintah sudah sangat tepat. Karenanya, meminta semua pihak untuk melakukan hal yang sama.

"Kita mendorong semua usaha untuk kembali ke tanah air duit-duit itu. Mengajak juga dunia usaha untuk melakukan konversi dari simpanan-simpanan mata uang asing mereka, khususnya mata uang dolar AS untuk ke rupiah. Itu yang memperkuat kita," ungkap Johnny.

Sebelumnya, anggota fraksi Partai Gerindra, Bambang Haryo mengkritisi pemerintah yang selalu mengatakan bahwa kondisi ekonomi baik-baik saja meski Rupiah hampir mendekati level 15.000. Padahal, menurutnya, kondisi tersebut sudah mengkhawatirkan terlebih saat ini impor pangan cukup tinggi. Seperti komoditas kedelai, jagung, gula hingga beras.

"Hampir seluruh komoditas kita impor dan ini menurut saya terlalu memprihatikan dan selalu Pak Presiden menyampaikan kurs Dolar terjadi menguat di beberapa negara. Memang benar, tapi kondisi di Indonesia yang terparah," kata Bambang saat menggelar rapat paripurna bersama Kementerian Keuangan terkait tanggapan pemerintah terhadap pandangan umum fraksi atas RUU APBN 2019 dan nota keuangan di gedung DPR, Selasa (4/9).

Untuk itu, dia meminta Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan hal tersebut kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). "Di kehidupan masyarakat ini sangat memberatkan dan tolong Menkeu (Sri Mulyani) sampaikan kepada Presiden (Jokowi) agar impor dikurangin bukan malah ditambah," ujarnya.

Senada, Michael Wattimena anggota fraksi partai Demokrat menyampaikan pemikirannya mengenai kondisi Rupiah saat ini. Dia menjelaskan, Indonesia punya sejarah pahit mengenai krisis moneter yaitu yang terjadi 20 tahun silam tepatnya tahun 1998.

"Indonesia ini adalah negara yang besar, kita punya pengalaman yang pahit pada tahun 1998 di mana Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi," ujarnya.

Dia menegaskan, hal tersebut jangan sampai terulang kembali. Oleh sebab itu dia meminta pemerintah segera melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasinya. Sebab saat ini Rupiah sudah mulai merangkak ke level 15.000.

"Kami sangat mencintai Indonesia dan memiliki pengalaman pahit di mana Indonesia mengalami krisis ekonomi," ujarnya.

Dia meminta pemerintah jujur dan terbuka mengenai kondisi ekonomi saat ini, di mana kondisi ekonomi global yang bergejolak selalu dituding menjadi penyebab Rupiah terdepresiasi.

Padahal, lanjutnya, dalam nota keuangan yang disampaikan Presiden pada tanggal 16 Agustus 2018 terkait RAPBN 2019 Rupiah diasumsikan 14.400.

"Nilai tukar yang diasumsikan meningkat. Jadi kondisi ini, tolong Menkeu jelaskan secara jujur keadaan ekonomi saat ini. Sebab kita tidak ingin dalam situasi 1998 yang mengalami krisis ekonomi. Nota keuangan saja yang disampaikan oleh Presiden Rupiah berada pada mendekati 14.800 padahal hari ini sudah ingin mencapai 14.900, untuk itu saat ibu menjelaskan kami mohon ibu menjelaskan secara jujur. Saya pikir janganlah kita kaitkan masalah-masalah ini dengan negara lain yang tidak ada kaitannya."

Sumber: Merdeka.com

Share
Berita Terkait
Komentar
Copyright © 2024 . All Rights Reserved.